Wednesday, March 14, 2012

Gadis Jeruk

Gara2 membaca Ketemu Gadis Jeruk dan Kisah Gadis Jeruk, saya memegang novel lagi. Lagi? Betul.. lagi. Akhir2 ini, kemampuan membaca saya berubah menjadi tidak telaten menghadapi satu cerita dalam satu buku yang tak habis dibaca dalam satu hari. Jadi, sudah lamaa saya tidak membaca novel.

Gadis Jeruk sendiri sudah tidak asing, karena ini salah satu buku kesukaan kk sepupu. Tapi kok ya saya belum pernah membacanya. Hihi padahal sering dijadikan bahan obrolan. O iya, jadi ingin buat pengakuan.. ada 1 buku kesukaan-nya yang belum pernah saya baca juga, yaitu Vita Brevis.

Kembali ke Gadis Jeruk..
Ini, buku ke-3 karangan Jostein Gaarden yang saya baca. Dan menurut saya yang paling ringan dibanding Dunia Sophie dan Misteri Soliter. Ceritanya menarik dari awal sampai akhir, dan jangan coba2 melompati satu halaman pun, karena akan menjadi tidak menarik.Saya sempat mencobanya ^_^.

Kisah Gadis Jeruk tentang seorang anak (Georg Roed) yang menceritakan bagaimana dia menerima sebuah surat dari ayahnya (Jan Olav) yang meninggal 11 tahun yang lalu, saat dia berumur 4 tahun, kemudian apa isi surat-nya dan tanggapan-nya terhadap beberapa pertanyaan di dalam-nya.
Surat itu, juga menyinggung tentang teleskop Ruang Angkasa Hubble yang membawa kita, pembaca ke pengetahuan tentang alam semesta. Kemudian kisah cinta Jan Olav dengan Gadis Jeruk (Veronika, ibu Georg)..

"Kita tidak bisa berbagi masa lalu kita, Jan Olav. Pertanyaannya adalah apakah kita punya masa depan bersama." (hal. 157)

dan satu pertanyaan penting untuk Georg..

"Bayangkan kamu berada di awal dongeng ini, suatu waktu miliaran tahun yang lalu ketika segala sesuatu diciptakan. Dan kamu boleh memilih apakah kamu ingin dilahirkan untuk hidup di suatu tempat di planet ini. Kamu tidak tahu kapan kamu akan dilahirkan, tidak juga berapa lama kamu hidup, tapi itu takkan lebih dari beberapa tahun. Yang kamu ketahui hanyalah bahwa, jika kamu memilih untuk hadir pada tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkannya lagi suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya.
..." (hal 208)

...
"Apa yang akan kamu pilih, Georg..?
..Akankah kamu memilih untuk tinggal di bumi..?
..Atau akankah kau menolak untuk ikut dalam permainan ini karena kamu tidak menyukai peraturannya?" (hal 209)

Pertanyaan ini mau tidak mau membawa permenungan bagi kita, pembacanya, tentang kehidupan ini.

2 comments:

Anonymous said...

waaaaaww...gimana dedek cepupu. berurai air mata nggak? penasaran. jadi pingin telepon.

Episode Diri said...

iya.. sebab tidak ada yang abadi di dunia ini ya, apapun yang melekat pada kita, akan hilang :D