Thursday, January 30, 2014

Aku Menangis

Malam ini, aku menangis
Air mata mengucur deras.

Apa yang kutangisi?
Perpisahan ini-kah?
Atau kata2 tangisan yang terucap?

Sepertinya dua2-nya.
Bukankah air mata itu menular?
Dan bukankah dalam setiap perpisahan, sesiap apapun masih terselip ketidakrelaan di dalamnya?

Ya, ya, apapun itu, biarlah air mata ini mengalir sampai mengering.

Friday, January 24, 2014

MENGAMATI DARI BATIN YANG HENING

Oleh: J. Krishnamurti

Untuk menemukan apa artinya mencinta, bukankah orang harus bebas dari kemilikan, kelekatan, kecemburuan, kemarahan, kebencian, kecemasan, ketakutan? Bebas dari kelekatan--marilah kita ambil itu untuk sementara. Ketika Anda melekat, apakah yang Anda lekati? Misalkan, kita melekat pada meja ini, apakah yang tersirat dalam kelekatan itu? Kesenangan, rasa memiliki, menghargai kegunaannya, merasa bahwa itu meja yang bagus, dan sebagainya.

Bila seorang manusia melekat kepada orang lain, apakah yang terjadi? Bila orang melekat kepada Anda, apakah perasaan orang lain yang melekat kepada Anda itu? Di dalam kelekatan itu terdapat kebanggaan memiliki, rasa mendominasi, takut kehilangan orang itu, dengan demikian terdapat kecemburuan, dan dengan demikian kelekatan lebih besar, kemilikan lebih besar, kecemasan.

Nah, bila tidak ada kelekatan, apakah itu berarti tidak ada cinta, tidak ada tanggung jawab? Bagi kebanyakan dari kita, cinta berarti konflik yang buruk di antara manusia, dan dengan demikian hubungan menjadi kecemasan abadi. Anda tahu semua ini, saya tidak perlu memberitahu Anda. Itulah yang kita namakan cinta.

Dan untuk lari dari ketegangan yang buruk dari apa yang kita namakan cinta, kita mempunyai segala macam hiburan--dari televisi sampai agama. Kita bertengkar, lalu pergi ke gereja, atau ke kuil, dan setelah pulang kita mulai lagi. Ini berlangsung sepanjang waktu.

Bisakah orang bebas dari semua ini, ataukah itu mustahil? Jika mustahil, maka kehidupan kita adalah kecemasan abadi, dan dari situ muncullah segala macam sikap, kepercayaan, dan tindakan yang neurotik. Mungkinkah untuk bebas dari kelekatan? Itu menyangkut banyak hal. Mungkinkah bagi manusia untuk bebas dari kelekatan namun tetap merasa bertanggung-jawab?

Nah, bebas dari kelekatan (attachment) tidak berarti kebalikannya, kelepasan (detachment). Sangat penting untuk memahami ini. Bila kita melekat, kita tahu kepedihan dari kelekatan, kecemasannya, dan kita berkata, "Ya Tuhan, saya harus melepaskan diri dari semua kengerian ini." Jadi mulailah pergulatan untuk lepas, mulailah konflik.

Jika Anda sadar akan kata dan faktanya--kata 'kelekatan' dan kebebasan dari kata itu, yang adalah perasaannya--maka Anda mengamati perasaan itu tanpa penilaian apa pun. Maka Anda akan melihat bahwa dari pengamatan total itu terdapat suatu gerakan yang lain sekali, yang bukan kelekatan, bukan pula kelepasan. Apakah Anda melakukannya sementara kita berbicara, ataukah Anda sekadar menyimak sejumlah besar kata-kata?

Anda melekat erat-erat kepada sebuah rumah, kepada suatu kepercayaan, kepada suatu prasangka, kepada suatu kesimpulan, kepada seseorang, kepada suatu idaman. Kelekatan memberikan rasa aman yang besar, yang adalah ilusi, bukan? Melekat kepada sesuatu adalah ilusi, oleh karena sesuatu itu mungkin pergi. Jadi, yang Anda lekati adalah citra yang Anda buat tentang hal itu. Dapatkah Anda bebas dari kelekatan sehingga ada tanggung jawab yang bukan kewajiban?

Lalu, apakah cinta bila tidak ada kelekatan? Jika Anda melekat kepada suatu kebangsaan, Anda memuja isolasi dari kebangsaan, yang adalah sejenis kesukuan yang diagungkan. Apa akibatnya? Itu memisahkan, bukan? Jika saya amat melekat kepada kebangsaan saya sebagai seorang Hindu, dan Anda melekat kepada Jerman, Prancis, Italia, Inggris, maka kita terpisah--dan ada perang, dengan segala kerumitannya. Nah, jika tidak ada kelekatan, apakah yang terjadi? Apakah itu cinta?

Jadi kelekatan bersifat memisahkan. Saya melekat kepada kepercayaanku, dan Anda melekat kepada kepercayaan Anda, dengan demikian terdapat pemisahan. Lihatlah saja konsekuensinya, implikasinya. Bila ada kelekatan, ada pemisahan, dan dengan demikian ada konflik. Di mana ada konflik, tidak mungkin ada cinta.

Dan apakah hubungan antara satu orang dan orang lain bila ada kebebasan dari kelekatan beserta segala implikasinya? Apakah itu awal--saya sekadar menggunakan kata itu, 'awal’, jangan mengritiknya--apakah itu awal dari welas asih? Bila tidak ada kebangsaan dan tidak ada kelekatan kepada kepercayaan apa pun, kepada kesimpulan apa pun, kepada idaman apa pun, maka seorang manusia adalah manusia yang bebas, dan hubungannya dengan orang lain datang dari kebebasan itu, datang dari cinta, datang dari welas asih.

Semua ini adalah bagian dari kesadaran (awareness). Nah, perlukah Anda menganalisis seperti yang kita lakukan untuk melihat makna dari kelekatan, beserta segala implikasinya, atau dapatkah Anda mengamati totalitasnya dengan seketika, baru menganalisis kemudian? Bukan sebaliknya.

Kita terbiasa dengan analisis, bagian dari pendidikan kita adalah menganalisis, dan dengan demikian kita menghabiskan banyak waktu untuk itu. Kita menyarankan sesuatu yang lain sekali: mengamati, melihat totalitas, baru menganalisis. Lalu itu menjadi sangat sederhana.

Tetapi jika Anda menganalisis dan mencoba untuk mencapai totalitas, Anda mungkin keliru; biasanya Anda keliru. Tetapi mengamati totalitas dari sesuatu, yang berarti tanpa arah, maka analisis menjadi penting atau tidak penting, Anda boleh menganalisis atau tidak.

Nah, sekarang saya ingin memasuki suatu hal lain dari sini. Adakah sesuatu yang suci di dalam hidup, yang adalah bagian dari semua ini? Adakah sesuatu yang suci dalam hidup Anda? Buanglah kata itu, pisahkan kata, citra, simbol--yang sangat berbahaya--dan bila Anda lakukan itu, bertanyalah kepada diri sendiri, "Adakah sesuatu yang sungguh-sungguh suci dalam hidupku, ataukah segala sesuatu dangkal, segala sesuatu dibentuk oleh pikiran?"

Pikiran tidak suci, bukan? Apakah Anda berpendapat bahwa pikiran dan semua yang dibentuk oleh pikiran itu suci? Kita telah terkondisikan untuk itu; sebagai seorang Hindu, seorang Buddhis, seorang Kristen, kita terkondisi untuk memuja, menjunjung tinggi, berdoa kepada hal-hal yang dibentuk oleh pikiran. Dan itu kita namakan suci.

Kita harus menemukan, oleh karena jika Anda tidak menemukan apakah ada sesuatu yang sungguh-sungguh suci yang tidak dibentuk oleh pikiran, maka hidup menjadi semakin dangkal, semakin mekanis, dan akhir dari hidup kita sama sekali tak bermakna.

Kita begitu melekat kepada berpikir dan seluruh proses berpikir, dan kita memuja hal-hal yang dibentuk oleh pikiran. Suatu citra, suatu simbol, suatu pahatan, entah dibuat dengan tangan entah dengan pikiran, adalah proses pikiran.

Dan pikiran adalah ingatan, pengalaman, pengetahuan, yang adalah masa lampau. Dan masa lampau menjadi tradisi, dan tradisi menjadi hal yang paling suci. Jadi apakah kita memuja tradisi? Adakah sesuatu yang tak ada kaitannya dengan pikiran dan tradisi, dengan ritual, dengan seluruh sirkus yang tengah berlangsung ini?

Kita harus temukan. Bagaimana Anda menemukan? Bukan sebuah metode; bila saya menggunakan kata 'bagaimana’, saya tidak menyiratkan suatu metode. Adakah sesuatu yang suci dalam hidup?

Ada sekelompok besar orang yang berkata, "Sama sekali tidak ada apa-apa. Anda adalah hasil dari lingkungan, dan Anda dapat mengubah lingkungan, jadi jangan bicara tentang sesuatu yang suci. Anda akan menjadi seorang individu yang mekanis dan berbahagia."

Tetapi, jika kita sangat, sangat serius tentang hal ini--dan kita harus sungguh-sungguh secara mendalam serius--Anda tidak masuk dalam suatu kelompok materialis atau kelompok religius, yang juga berdasarkan pikiran. Maka Anda harus menemukan. Anda tidak membuat pernyataan apa-apa. Maka Anda mulai menyelidik.

Nah, apa artinya menyelidik ke dalam diri sendiri untuk menemukan apakah ada sesuatu yang suci secara mendalam dalam kehidupan kita--dalam kehidupan, bukan 'kehidupan kita'--dalam hidup? Adakah sesuatu yang secara menakjubkan, tertinggi, suci? Ataukah tidak ada apa-apa sama sekali? 

Perlu untuk memiliki batin yang amat hening, oleh karena hanya di dalam kebebasan itu Anda bisa menemukan. Harus ada kebebasan memandang, tetapi jika Anda berkata, "Yah, saya suka akan kepercayaanku, saya akan berpegang pada itu," Anda tidak bebas.

Atau jika Anda berkata, "Segala sesuatu adalah materialistik," yang adalah gerakan pikiran, maka Anda juga tidak bebas. Jadi untuk mengamati harus ada kebebasan dari paksaan oleh peradaban, keinginan pribadi, harapan pribadi, prasangka, dambaan, ketakutan.

Anda hanya bisa mengamati bila batin hening sempurna. Bisakah batin berada sepenuhnya tanpa tindakan? Oleh karena jika ada gerakan, ada distorsi. Kita menemukan bahwa itu sulit sekali, oleh karena pikiran segera masuk; jadi kita berkata, "Saya harus mengendalikan pikiran."

Tetapi si pengendali adalah yang dikendalikan. Bila Anda melihat itu, bahwa si pemikir adalah pikiran, si pengendali adalah yang dikendalikan, si pengamat adalah yang diamati, maka tidak ada gerakan.

Kita menyadari bahwa marah adalah bagian dari si pengamat yang berkata, "Saya marah," sehingga marah dan si pengamat adalah sama. Itu jelas dan sederhana. Secara itu pula, si pemikir yang ingin mengendalikan pikiran masih pikiran juga. Bila kita menyadari itu, maka gerakan pikiran berhenti.

Bila tidak ada gerakan apa pun di dalam batin, maka secara alami batin hening, tanpa upaya, tanpa paksaan, tanpa kehendak. Ia hening secara alami; itu bukan keheningan yang dipupuk oleh karena yang itu cuma mekanis, yang bukan keheningan melainkan hanyalah ilusi keheningan.

Jadi ada kebebasan. Kebebasan menyiratkan semua yang telah kita bicarakan, dan dalam kebebasan itu terdapat keheningan, yang berarti tiada gerakan. Maka Anda dapat mengamati--maka ada pengamatan; maka hanya ada pengamatan, tiada si pengamat yang mengamati. Jadi hanya ada pengamatan yang datang dari keheningan total, keheningan batin sepenuhnya. Lalu, apakah yang terjadi?

Jika Anda telah melangkah sejauh itu--yang adalah kebebasan dari keterkondisian kita, dan dengan demikian tiada gerakan, dan hanya keheningan, diam sempurna--maka kecerdasan pun bekerja, bukan?
Melihat hakekat kelekatan, beserta seluruh implikasinya, tercerahkan terhadap semua itu, adalah kecerdasan. Hanya bila Anda sudah sampai ke titik itu, yang berarti bebas, disertai bekerjanya kecerdasan, Anda memiliki batin yang hening, sehat dan waras. Dan di dalam keheningan itu Anda akan menemukan apakah ada sesuatu yang sungguh-sungguh suci, atau tidak ada apa-apa sama sekali. 

["Observing from a Quiet Mind" from the public dialogue at Saanen on 1 August 1976 © 1976/1998 Krishnamurti Foundation Trust, Ltd.]

["Mengamati dari Batin yang Hening" adalah bab ke-13 dari buku Krishnamurti, This Light in Oneself: True Meditation, Copyright © 1999 Krishnamurti Foundation Trust, Ltd. ]

Sumber : di wall facebook pak Hudoyo Hupudio

Friday, January 17, 2014

AJARI SAYA BAGAIMANA CARA MENCINTA

PENANYA: Saya penuh kebencian. Mohon ajari saya bagaimana cara mencinta? 

KRISHNAMURTI: Tidak seorang pun dapat mengajari Anda bagaimana cara mencinta. Jika manusia dapat diajar bagaimana cara mencinta, masalah dunia akan menjadi sangat sederhana, bukan? Jika kita bisa belajar bagaimana cara mencinta dari sebuah buku seperti kita belajar matematika, dunia ini akan mengagumkan; tidak akan ada kebencian, tiada pengisapan, tiada perang, tiada kesenjangan antara kaya dan miskin, dan kita semua akan sungguh-sungguh bersahabat satu sama lain. 

Tetapi cinta tidaklah semudah itu didapat. Kita mudah membenci, dan kebencian menyatukan manusia dengan caranya: menciptakan segala macam khayalan, menghasilkan berbagai jenis kerjasama, seperti di dalam perang. 

Tetapi cinta jauh lebih sulit. Anda tidak mungkin belajar bagaimana cara mencinta; tetapi yang dapat Anda lakukan adalah mengamati kebencian, dan dengan lembut mengesampingkannya. Jangan bertempur melawan kebencian, jangan berkata betapa mengerikan membeci orang, melainkan lihatlah kebencian seperti apa adanya dan biarkan ia terlepas sendiri; tepiskan ke samping, itu tidak penting. Yang penting adalah tidak membiarkan kebencian berakar dalam batin Anda. Pahamkah Anda? Batin Anda laksana tanah yang subur, dan asalkan ada cukup waktu, masalah apa pun yang muncul akan berakar seperti rumput liar, lalu Anda harus bersusah payah menyianginya. Tetapi jika Anda tidak memberi masalah itu waktu untuk berakar, maka ia tidak punya tempat untuk tumbuh dan ia akan layu. Jika Anda mendorong kebencian, memberinya waktu untuk berakar, tumbuh, menjadi matang, ia akan menjadi masalah yang besar. Tetapi jika setiap kali muncul kebencian Anda membiarkannya berlalu, maka Anda akan mendapati bahwa batin Anda menjadi sangat peka tanpa menjadi sentimental; dengan demikian ia akan mengenal cinta. 

Batin dapat mengejar sensasi, keinginan, tetapi ia tidak dapat mengejar cinta. Cinta harus datang kepada batin. Dan, bila sekali cinta ada, ia tidak mempunyai pembagian sebagai cinta nafsu dan cinta ilahi: ia adalah cinta. Itulah yang luar biasa tentang cinta: ia satu-satunya sifat yang menghasilkan pemahaman total terhdap seluruh eksistensi. 

~ J Krishnamurti, "Think on these things", pp 62-63

Sumber : komen pak Hudoyo Hupudio untuk salah satu pertanyaan di grup Titik Hening facebook

Sunday, January 12, 2014

Lagu Yang Membangkitkan Kenangan

Malam beberapa hari yang lalu, saya melihat2 hp. Menghapus semua pesan, dan menelusuri menu-nya satu per satu. Hp ini hp ke-2 yang saya miliki, Sony Ericson K618i. Seperti-nya dibeli tahun 2007 (foto paling lama bertanggal 7 April 2007). Saat tiba di daftar lagu, saya lihat satu persatu dan berhenti di lagu ini 

Adakah Tempat di Hatimu

Adakah tempat di hatimu 
Untuk mreka yang terluka 
Yang mengharapkan uluran tanganMu 
Sudikah kau menerima 

Adakah waktu di hidupmu 
Untuk melayani Tuhan 
Menolong sesama yang menderita 
Tak kenal kasih sayang 

O sekaranglah saatnya 
Kau merenungkan 
Apa arti hidup ini 
Kemana kau pergi pergi 

Mengapa untuk hal dunia 
Dirimu rela terikat 
Tapi tak satu pun tempat tersedia 
Untuk Sang Juru Selamat 

Dulu, saya suka sekali. Di saat gundah gulana, lagu inilah yang menemani. Saya putar, ternyata biasa saja. Saya resapi kata2nya, biasa saja. Oh, ternyata kadar suka saya sudah berubah. 



Siang 2 hari lalu, teman saya memutar lagu

Can't Take My Eyes Off You 


You're just too good to be true
can't keep my eyes off you
you'd feel like heaven to touch
I wanna hold you so much
at long last love has arrived
and I thank God I'm alive
you're just too good to be true
can't take my eyes off of you

Pardon the way that I stare
there's nothing else to compare
the sight of you makes me weak
there are no words left to speak
but if you feel like I feel
please let me know that it's real
you're just too good to be true
can't take my eyes off of you

I love you baby, and if it's quite alright
I need you baby to warm the lonely nights
I love you baby, trust in me when I say 
oh pretty baby, don't let me down, I pray
oh pretty baby, now that I've found you, stay
and let me love you, baby, let me love you...

You're just too good to be true
can't keep my eyes off of you
you'd feel like heaven to touch
I wanna hold you so much
at long last love has arrived
and I thank god I'm alive
you're just too good to be true
can't take my eyes off of you

I love you baby, and if it's quite alright
I need you baby to warm the lonely nights
I love you baby, trust in me when I say 
oh pretty baby, don't let me down, I pray
oh pretty baby, now that I've found you, stay

and let me love you, baby, let me love you...

Lagu ini mengingatkan saya ke film Conspiracy Theory. Salah satu dari 2 film yang saya tonton berulang-ulang. Dan beberapa kali menonton pun, saya tidak pernah tahu maksud-nya. Ironis ya. Tapi saya suka. Suka sekali film-nya. Masih dalam ingatan, lagu ini mengiringi Julia Roberts berlari di Excider Walking (*itu nama klo di Lejel :D) dan Mel Gibson memantau dari bawah.

Saya tidak tahu, bagaimana reaksi saya kalau menonton-nya lagi.
Bisa jadi berubah, karena tidak ada yang menjamin bahwa semua akan tetap sama. Malah semua akan selalu berubah.

Friday, January 10, 2014

Masalah Kesehatan

Gara2 obrolan dengan teman 
"Aku dong cuti-nya belum berkurang" 
"Udah, ga usah sombong. Umur kita sama. Januari juga baru mulai" 
"Iya juga ya. Sekarang ini klo gejala flu aja, udah ga bisa dipaksa kerja. " 

Saya pernah melihat di salah satu web (*lupa dimana), yang menunjukkan grafik kesehatan. Bentuknya seperti kurva. Di mulai saat bayi, posisi-nya akan semakin naik mengikuti umur, dan akan mencapai titik tertinggi saat umur 20-an(*lupa tepatnya umur berapa), setelah itu akan kembali turun ke posisi saat bayi lagi. 

Memang betul, seperti yang saya alami. Sejak terkena frozen shoulder, gampang sekali kesleo. Mengangkat beban dengan posisi yang salah, kesleo. Duduk terpepet di bus semalaman, kesleo. Hehe urat-nya seperti orang tua. Jadi jangan heran, klo saya selalu mempunyai persediaan thrombophop, feldene, dan counterpain. Penanganan saat kesleo? Hari pertama kedua, tempat yang sakit saya kompres dengan air es, kemudian dioles thrombophop dan feldene. Hari ke-3 dst, dikompres air hangat dan dikasih counterpain. Plus saat tidur, posisi yang sakit lebih tinggi dari badan/jantung. 

Ini baru satu sisi, urat. Belum yang lain dan umur saya belum genap 40 tahun. Bagaimana saat 50 tahun ke atas? Huaa, panik-panik. Tidak mau bertambah umur. Ya ga lah ya, tidak bisa begitu karena itu alami. Semakin berumur, daya tahan tubuh pun akan menurun. 

Klo kata guru pembimbing meditasi saya, "berlatihlah kesadaran sedini mungkin, saat masih sehat". Betul juga, bagaimanapun saat tubuh sakit/melemah, konflik/penderitaan akan semakin banyak.

Wednesday, January 08, 2014

Retret Akhir Tahun Kemarin

Seperti tahun2 sebelum-nya, akhir tahun diisi dengan retret meditasi. Retret tahunan.

Walaupun sudah menjadi kebiasaan, saat meminta ijin, ibu protes "bisa tidak sekali2 akhir tahun di rumah, tidak ikut retret". Em,.. tahun kemarin tentu saja jawaban-nya tidak, entah-lah akhir tahun nanti.

Ini, merupakan retret pertama di tahun 2013, retret MTO. Sebelum-nya selalu ikut retret MTO dan retret MMD masing2 1x. Tapi tidak untuk tahun lalu.

MTO dan MMD sama persis, hanya pembimbing-nya berbeda. Sehingga cara penyampaian-nya pun berbeda. Saling melengkapi. Itulah alasan-nya kenapa ikut ke-2-nya. Meski porsi-nya belum sama. Yup, untuk urusan konsultasi, lebih sreg dengan pak Hudoyo (MMD). Suka dengan segala jawaban untuk semua pertanyaan :).

Sebenarnya menulis ini, karena kalimat ini...
"Jika diri/ego ada, itu adalah salah. Karena selalu menimbulkan konflik (saat berhubungan dengan apapun). Akan tetapi tahu bahwa itu salah sudah cukup (merupakan kebenaran). Dengan kata lain, mengetahui saat tidak sadar adalah sadar itu sendiri."

Kata2 romo Sudri dalam salah satu sesi dialog. Suka dengan 2 kalimat pertama, karena memang begitulah ada-nya.