Friday, January 04, 2013

Perbaikan Diri adalah Kemajuan di dalam Penderitaan


Terdapat kemajuan di dalam memperbaiki diri: saya bisa menjadi lebih baik esok, lebih baik hati, lebih murah hati, kurang cemburu, kurang ambisius. Tetapi apakah perbaikan diri menghasilkan perubahan lengkap dalam cara berpikir kita? Ataukah tidak ada perubahan sama sekali, alih-alih hanya kemajuan?

Kemajuan menyiratkan waktu, bukan? Sekarang saya begini, dan saya akan menjadi sesuatu yang lebih baik esok. Artinya, di dalam perbaikan diri, atau pengingkaran diri, atau peniadaan diri terdapat kemajuan, proses berangsur-angsur yang bergerak menuju kehidupan yang lebih baik, yang berarti di permukaan menyesuaikan diri dengan lingkungan, menaati pola yang lebih baik, terkondisi dengan cara lebih mulia, dan sebagainya. Kita melihat proses itu berlangsung sepanjang waktu.

Mungkin Anda bertanya-tanya --seperti saya juga-- apakah kemajuan benar-benar membawa revolusi mendasar. Bagi saya, yang penting bukanlah kemajuan melainkan revolusi.

Mohon jangan merasa ngeri degan kata 'revolusi', seperti halnya kebanyakan orang di dalam masyarakat yang sangat progresif seperti ini. Tetapi bagi saya, kalau kita tidak memahami kebutuhan luar biasa untuk bukan hanya menghasilkan sekadar peredaan sosial, alih-alih sebuah perubahan radikal di dalam cara pandang kita, maka sekadar kemajuan adalah kemajuan di dalam penderitaan; itu mungkin bisa meredakan, menenangkan penderitaan, tetapi tidak menghasilkan berakhirnya penderitaan, yang selalu ada secara laten.

Bagaimana pun juga, kemajuan dalam arti menjadi lebih baik dalam suatu jangka waku sesungguhnya adalah proses diri, si aku, ego. Jelas ada kemajuan dalam perbaikan diri, seperti usaha dilandasi tekad untuk menjadi baik, untuk menjadi lebih begini dan kurang begitu, dan sebagainya. Seperti ada perbaikan dalam hal lemari es dan pesawat terbang, juga ada perbaikan dalam hal diri, tetapi perbaikan itu, kemajuan itu, tidak membebaskan batin dari penderitaan. Perbaikan diri adalah kemajuan dalam penderitaan, bukan berakhirnya penderitaan. 

J Krishnamurti - As One Is,53,Individual and Society
=dari wall pak Hudoyo=

No comments: