Belum selesai saya membaca buku Life of Pi, baru 1/2-nya. Dibanding
film-nya, buku-nya jauh lebih detil. Ya pastilah ya.
Saat menonton, melihat bagaimana Pi berenang di lautan yang
sedang badai. Ingatan saya melayang ke K'Martha. Bagaimana tidak,
saat berenang selalu saja k'Martha bilang, "bayangkan Na klo suatu
saat jatuh di tengah lautan". Karena topik itu selalu muncul kala
berenang, membuat saya berkata, "haduh k'Martha selalu nyerempet ke
hal ini". Bukan karena bosan maka jawaban itu yang meluncur. Namun,
bisa dipastikan saya bakalan panik klo mengalami-nya. Dan entah bisa
bertahan ato tidak. Ato jangan2 saya malah lupa klo bisa berenang
^_^.
Momen lain yang membuat merenung, saat Pi dalam sekejap kehilangan
kakak-nya Ravi, dan kedua orang tua-nya. Suatu saat, entah waktu-nya
kapan, kita semua akan mengalami ini. Saya mempunyai teman.
Seumuran. Berturut2 dia mengalami kehilangan. Kehilangan disebabkan
karena kematian atau hal2 yang lain. Yang pertama ibu-nya, kemudian
ayah-nya, suami-nya dan yang terakhir adik-nya. Sungguh berat. Tapi
dia wanita yang hebat. Seseorang yang amat tegar.
Waktu retret akhir tahun kmaren, seorang ibu bercerita, baru saja
kehilangan suami, bapak dan ibu-nya. Saya lupa urutan-nya. Entah
siapa yang terlebih dahulu. Waktu bercerita, sudah tidak tampak
kesedihan-nya. O iya, sang ibu ini tidak mempunyai anak.
Ke cerita lain, tentang simbah saya. Umur 80-an tahun. Dua2-nya
masih hidup. Simbah kakung selalu berkata, "besok klo meninggal,
biar mbah kakung-mu ini dulu, baru mbah-mu putri. Klo mbah-mu putri
duluan, ga tau mbah kakung-mu ini mau ngapain". Bukan rahasia lagi,
klo kebanyakan laki2 tergantung dengan istri-nya. Almarhum kakek
jauh saya juga begitu. Tidak lama setelah istri-nya ato nenek jauh
saya meninggal, mengirimkan sms ke bulek. Isi-nya bernada putus asa.
Ini saya tahu dari bulek saat melayat setelah 2 bulan berselang.
Hal terberat memang kehilangan sesuatu/seseorang tempat kita
bergantung. Dan beruntunglah orang2 yang sudah mengalami-nya.
No comments:
Post a Comment