Monday, March 24, 2014
Tas Punggung
Bahan : celana panjang yang sudah tidak terpakai
Ukuran : 24 (p) x 14 (l) x 26 (t)
Status : belum selesai, tali belum dijahit + belum diberi daleman
Ide : tutorial di salah satu blog perjahitan
Lihat tutorial di sana dan di sini, bener2 ngiler. Kebetulan tas sudah sobek di bagian tali-nya, mau membeli kok ga rela wong bisa buat :D. Dan jeng2 muncullah tas ini.
Tuesday, March 18, 2014
Tujuan Hidup dan Peran dalam Hidup
Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mateus 6:33)
Kalau ada orang datang kepada Anda dan bertanya, “Apa tujuan hidup Anda sekarang ini?”, jawaban apa yang mau Anda berikan? Barangkali Anda akan mengatakan seperti berikut ini. Bila Anda seorang mahasiswa, Anda mungkin mengatakan, “Tujuan hidup saya sekarang adalah belajar agar bisa menyelesaikan sekolah saya pada waktunya.” Bila Anda seorang pekerja, Anda bisa mengatakan, “Aku akan bekerja sekuat tenaga untuk mencapai target pencapaianku dalam bisnis yang aku jalankan.” Bila Anda seorang ayah atau ibu, Anda mungkin mengatakan, “Tujuan hidup saya sekarang adalah membiayai dan mendampingi anak-anak sampai mereka dewasa dan mandiri.” Bila Anda sudah pensiun, Anda mungkin mengatakan, “Kini saya mau terlibat aktif dalam kegiatan social untuk pemberdayaan.” Bila Anda sudah berusia tua, Anda mungkin mengatakan, “Saya mengisi waktu sisa hidup saya dengan membaca buku-buku spiritual dan melakukan aktifitas fisik selama tubuh ini masih bisa dipakai untuk hidup hingga kematian menjemput saya.”
Apakah jawaban tersebut merupakan tujuan hidup yang benar? Tidak. Itu semua bukan tujuan hidup, melainkan peran yang Anda mainkan dalam hidup. Kita sering kali mencampuradukkan keduanya.
Kita semua memiliki banyak peran dalam hidup. Ada peran kakak atau adik, suami atau isteri, anak atau orang tua, murid atau guru, buruh atau majikan, warga biasa atau pemimpin bangsa, pebisnis atau politisi, pengacara, dokter, peneliti, seniman, dst. Namun hidup itu sendiri lebih dari daripada peran-peran yang kita mainkan.
Kalau kita mengidentikkan hidup dengan peran yang kita mainkan, maka makna hidup hanya dibatasi oleh fungsi dari peran-peran kita. Kalau kita tidak lagi memiliki banyak peran–karena alasan sakit, usia tua, tidak cukup memiliki keahlian spesifik, atau menjadi korban intrik politik—kita akan mudah merasa kehilangan makna hidup. Atau sebaliknya, kalau kita sedang berada di puncak karier, dengan peran yang bagus, kita akan mudah lupa daratan. Cepat atau lambat, penyimpangan-penyimpangan akan mudah terjadi dan itu justru akan membahayakan keberlangsungan dari peran yang kita mainkan, selain makin menjauhkan kita dari tujuan hidup yang sesungguhnya.
Lalu apa tujuan hidup yang sesungguhnya? Tujuan hidup pertama-tama adalah menemukan dan mengalami siapa Anda sebagaimana Anda yang sesungguhnya. Ketika ego atau ilusi diri berakhir, Anda adalah Kedamaian, Kekuatan, dan Kebahagiaan; Anda adalah Kemurnian, Keseimbangan, Cinta dan Kebenaran. Ketika ego atau ilusi diri berakhir, muncullah Kecerdasan melampaui intelek, Yang Tak-Terukur, Yang Mahaluas, Yang Tak-Diketahui.
Perjalanan hidup kita memiliki dua dimensi: perjalanan keluar dan perjalanan kedalam. Perjalanan keluar berkaitan dengan peran-peran yang kita mainkan dalam hidup. Sedangkan perjalanan kedalam berhubungan dengan pencarian hakekat kita yang sesungguhnya dan perjumpaan dengan Yang Tak-Diketahui. Perjalanan keluar berakhir ketika telah sampai pada pencapaian akhir di masa datang; perjalanan kedalam bermula dan berakhir di Saat Sekarang.
Persoalannya, Kedamaian dan Kebahagiaan sebagai tujuan hidup sering kali ditempatkan jauh di luar, di masa depan, berkaitan dengan pencapaian-pencapaian peran yang kita lakukan. Sudah biasa kita mendengar orang mengatakan seperti ini. “Saya belum akan bahagia kalau belum bertemu dengan seseorang yang mau menikah dengan saya.” “Saya belum akan merasa tenang kalau saya belum memperoleh pendapatan tetap dalam jumlah tertentu setiap bulan.” “Saya belum akan merasa bahagia kalau anak-anak belum mentas dan menikah.” “Saya belum akan merasa bahagia kalau saya belum bisa mencapai target dalam bisnis yang saya lakukan.” “Saya tidak bahagia kalau orang lain menolak ide-ide saya.”
Apa yang terjadi bila kita mengejar kedamaian dan kebahagiaan berkaitan dengan terpenuhinya keinginan atau tercapainya hasil sesuai rencana-rencana yang sudah disiapkan? Pada masa sekarang kita bergulat untuk mengejar hasil disertai berbagai kepedihan. Sebaliknya, kalau kita menemukan Kedamaian dan Kebahagiaan sebagai tujuan hidup pada Saat Sekarang, maka kita akan bisa melakukan perjalanan ke luar dari moment ke moment dalam Damai, bebas kepedihan.
Kalau Anda sekarang sudah mencapai tujuan batiniah Anda, Damai dan Bahagia, kalaupun Anda menikah, misalnya, perkawinan Anda juga akan diwarnai oleh Damai dan Bahagia. Sebaliknya, kalau Anda tidak pernah merasa Damai dan Bahagia dalam hidup, berapa kalipun Anda menikah, Anda juga tidak mungkin menemukan Kedamaian dan Kebahagiaan. Jadi perkawinan Anda tidak menentukan kualitas batin Anda, tetapi kualitas batin Andalah yang menentukan perkawinan Anda.
Bisakah kita merealisasikan tujuan hidup kita sekarang juga? Bila ego atau ilusi diri berakhir, “Anda adalah Kedamaian dan Kebahagiaan.” Realisasi Kedamaian dan Kebahagiaan tidak ditentukan oleh kehadiran orang-orang yang mencintai Anda atau situasi-situasi di luar. Pencapaian batiniah Anda ditentukan oleh kualitas batin Anda. Semakin sering Anda melepaskan ego atau ilusi diri, semakin sering Anda sampai pada tujuan batiniah Anda.
Begitu Anda sampai kepada tujuan batiniah itu sekarang, segala sesuatu yang lain berkaitan dengan pencapaian-pencapaian lahiriah akan mengikuti. Seperti apa keadaan hidup Anda sekarang? Terdapat empat kemungkinan. Pertama, Anda tidak damai dan tidak bahagia, sekaligus tidak sukses dalam ukuran lahiriah. Kedua, Anda tidak damai dan tidak bahagia, tetapi Anda sukses secara lahiriah. Ketiga, Anda damai dan bahagia, tetapi Anda tidak sukses secara lahiriah. Keempat, Anda damai dan bahagia, sekaligus Anda sukses secara lahiriah.
Keadaan hidup Anda bisa berubah-ubah, tetapi hukum kehidupan hanya berjalan pada satu arah. Begitu tujuan batiniah tercapai, segala sesuatu yang lain akan mengikuti. Bukan sebaliknya, bahwa pencapaian batiniah mengikuti pencapaian lahiriah.
Apa fungsi dari peran-peran yang kita jalankan?
Pertama, peran-peran yang kita jalankan berfungsi untuk mencapai tujuan lahiriah di masa depan.
Sebagai seorang pelajar, Anda belajar rajin supaya kelak Anda mendapatkan pekerjaan yang baik. Sebagai seorang ibu atau ayah, Anda bekerjasama untuk mendampingi dan mendidik anak agar anak menjadi dewasa dan mandiri. Sebagai buruh, Anda bekerja untuk memajukan perusahaan Anda dan Anda mendapatkan penghasilan untuk kesejahteraan keluarga.
Berganti-ganti peran adalah hal yang biasa untuk mendapatkan tujuan lahiriah yang lebih memuaskan. Kalau Anda tidak puas dengan penghasilan yang sekarang, Anda bisa berupaya untuk meningkatkan keahlian teknis sehingga Anda bisa menjalankan peran yang mendatangkan penghasilan lebih memuaskan. Kalau tidak puas dengan pasangan hidup, Anda bisa berganti pasangan supaya tujuan lahiriah Anda lebih terpuaskan.
Kedua, peran-peran yang kita jalankan dalam hidup bukan hanya untuk mencapai tujuan lahiriah, tetapi juga dan terutama untuk menolong kita merealisasikan tujuan batiniah.
Kekuatan kehidupan seringkali membuat kita berganti-ganti peran supaya akhirnya kita bisa mencapai tujuan batiniah. Kisah seorang anak muda berusia 40-an tahun berikut dihadirkan sekedar sebagai ilustrasi. Sejak kecil anak muda ini sudah tidak cocok dengan ayahnya. Dalam sesi regresi masa lampau (past life regression), ia menemukan bahwa dulu ia dan ayahnya pernah hidup bersama dalam satu keluarga. Bedanya, dulu ia menjadi bapaknya dan ayahnya yang sekarang menjadi anaknya. Dalam kehidupan sebelumya, dirinya tampil sebagai seorang bapak yang otoriter dan kasar. Konflik antara anak dan bapak tidak diselesaikan hingga kematian datang dan dalam kehidupan sekarang memori konflik dalam kesadaran terpendam tersebut masih tetap ada. Penemuan tersebut membuat ia termotivasi untuk memahami dan menyelesaikan konflik-konflik dengan ayahnya dan mencapai tujuan batiniah dalam kehidupan sekarang.
Seringkali kekuatan kehidupan membuat Anda berganti-ganti peran agar Anda lebih menyadari dan mencapai tujuan batiniah Anda. Misalnya, dulu Anda pernah bekerja sebagai buruh kasar; sekarang Anda menjadi pemilik dari suatu perusahaan. Suatu saat bisa saja perusahaan Anda bangkrut total dan Anda kembali menjadi buruh. Suatu saat Anda berperan sebagai seorang suami atau isteri; suatu saat yang lain Anda bisa berperan sebagai janda atau duda cerai. Peran sebagai buruh atau majikan, suami atau isteri, janda atau duda cerai dalam hal ini memiliki nilai yang sama, yaitu untuk menolong Anda merealisasikan tujuan batiniah Anda.
Ketiga, peran-peran lahiriah juga menjadi ekspresi dari pencapaian-pencapaian batiniah. Bila kita sudah mencapai tujuan batiniah, maka kita bisa membagikan apa yang kita temukan melalui peran-peran yang kita mainkan.
Berapa banyak peran Anda miliki dalam hidup Anda sekarang? Kalau Anda setiap hari pergi ke tempat kerja, begitu Anda masuk pelataran kantor, Anda akan bertemu dengan satpam. Ketika Anda masuk ke loby, Anda bertemu dengan resepsionist. Dalam perjalanan ke ruang kerja Anda, barangkali Anda bertemu dengan rekan kerja Anda. Begitu sampai di ruang kerja, Anda bisa jadi dipanggil direktur perusahaan. Beberapa menit kemudian, Anda dipanggil pemilik dari perusahaan tempat Anda bekerja. Jadi dalam 10 menit, Anda sudah memainkan sekitar 5 peran yang berbeda-beda. Jadi, ada banyak peran yang kita mainkan setiap harinya sepanjang kita hidup.
Bagaimana Anda menjalankan peran-peran Anda? Apakah Anda berhubungan dengan setiap orang yang Anda jumpai hanya sebatas aktor-aktor yang memainkan peran masing-masing demi suatu tujuan lahiriah di masa depan? Ataukah Anda berhubungan sebagai manusia yang saling belajar merealisasikan tujuan batiniah dan saling membagikan apa yang Anda temukan melalui peran-peran Anda? Kalau Anda menempatkan perjumpaan dengan setiap orang hanya sebagai alat untuk mengejar tujuan lahiriah, maka kekuatan kehidupan telah Anda persempit menjadi kekuatan yang terbatas dalam bentuk uang, status, popularitas, penampilan fisik, kekuasaan, keahlian teknis. Model itu, sekalipun mendatangkan sukses atau kepuasan lahiriah, tidak mendatangkan kepenuhan dan keindahan batiniah. Sebaliknya, kalau Anda menemukan tujuan hidup Anda dan membagikannya dalam setiap perjumpaan Anda, maka Anda telah membiarkan kekuatan kehidupan bekerja secara alamiah dan mendatangkan hasil dan kebaikan pada saatnya.
Perjalanan lahiriah Anda akan terdiri dari jutaan langkah; tetapi perjalanan batiniah Anda hanya terdiri dari satu langkah. Kedamaian musti menjadi langkah pertama sekaligus langkah terakhir. (js)
sumber : Tujuan Hidup dan Peran dalam Hidup, Romo J. Sudrijanta
sumber : Tujuan Hidup dan Peran dalam Hidup, Romo J. Sudrijanta
Tuesday, March 11, 2014
Bakal Dompet Dolar
Karena bulet2 jadi dinamakan dolar. Entahlah, alasan-nya apa.. mau cari di google kok males, apa mungkin dulu dolar hanya ada receh ya?
Subscribe to:
Posts (Atom)