[Diambil dari buku Andalah Dunia Ini]
-Jiddu Krishnamurti
CERAMAH:
Kita mempunyai
begitu banyak masalah-masalah yang kompleks; celakanya kita
mengandalkan kepada orang-orang lain, ahli-ahli dan
spesialis-spesialis, untuk memecahkannya. Agama-agama di seluruh
dunia telah memberikan berbagai bentuk pelarian dari
masalah-masalah itu. Orang berpikir bahwa ilmu pengetahuan akan
menolong untuk memecahkan keruwetan masalah-masalah kemanusiaan
ini; bahwa pendidikan akan memecahkannya dan mengakhirinya. Akan
tetapi kita melihat bahwa masalah-masalah itu makin bertambah
banyak di seluruh dunia, problema-problema itu berlipat ganda dan
makin mendesak dan makin kompleks juga, dan agaknya tak kunjung
habis. Akhirnya kita menginsyafi bahwa kita tidak dapat tergantung
kepada siapapun, baik kepada para pendeta, para sarjana atau para
spesialis. Kita harus "berjuang sendiri" karena mereka semua telah
gagal; peperangan, pemisah-misahan agama, permusuhan antar
manusia, kekejaman-kekejaman, semua itu berlangsung; rasa-takut
dan duka yang terus-menerus tetap ada.
Kita melihat bahwa
kita harus melakukan perjalanan dari pengertian itu oleh diri
sendiri: kita melihat bahwa tidak terdapat "otoritas". Semua
bentuk "otoritas" (kecuali, pada suatu tingkat berbeda, otoritas
dari para tehnokrat dan para spesialis), telah gagal. Manusia
menyusun "otoritas-otoritas" ini sebagai suatu penunjuk jalan,
sebagai suatu cara mendatangkan kebebasan, perdamaian, dan karena
mereka telah gagal mereka kehilangan arti mereka dan karena itulah
terdapat suatu revolusi umum terhadap para "otoritas" itu, baik
moril dan kesusilaan (ethical). Segala sesuatu mulai beruntuhan.
Kita dapat melihat dalam negara ini, yang masih cukup muda,
barangkali barn 300 tahun usianya, bahwa sudah terdapat suatu
kebusukan terjadi sebelum tercapai kedewasaan; terdapat
ketidak-tertiban, konflik, kekacauan; terdapat rasa-takut dan
kedukaan yang tidak dapat dielakkan. Peristiwa-peristiwa lahirlah
ini tak dapat tiada memaksa kita untuk menemukan sendiri
jawabannya; kita harus menghapus bersih batu tulis itu dan mulai
lagi, dengan mengetahui bahwa tidak ada otoritas luar yang akan
dapat menolong, tidak ada kepercayaan, tidak ada sanksi agama,
tidak ada standar moral — tidak ada apapun yang dapat menolong.
Warisan dari masa lalu dengan kitab sucinya, Juru Selamatnya,
tidak lagi penting. Kita terpaksa untuk berdiri sendiri,
memeriksa, menyelidiki, bertanya- tanya, meragukan segala sesuatu,
sehingga batin kita sendiri menjadi bersih; sehingga batin itu
tidak lagi dibeban-pengaruhi, tersesat, tersiksa.
Dapatkah
sesungguhnya kita berdiri sendirian dan menyelidiki sendiri untuk
menemukan jawabannya yang benar ? Dapatkah kita, dalam menyelidiki
pikiran kita sendiri, hati kita sendiri yang dibeban-pengaruhi
demikian beratnya, bebas secara sempurna — baik didalam alamsadar
maupun bawah-radar ?
Dapatkah batin
bebas dari rasa-takut? Ini adalah satu di antara soal-soal
terpenting dari kehidupan. Mungkinkah batin manusia dapat bebas
dari penjangkitan rasa-takut? Marilah kita menyelidikinya, bukan
secara abstrak, bukan secara teoritis, melainkan dengan
sungguh-sungguh waspada akan rasa-takut kita sendiri, baik lahir
maupun batin, baik rasa-takut yang kita sadari maupun rasa-takut
yang tersembunyi. Apakah hal itu mungkin ? Kita dapat menyadari
rasa-takut jasmani hal itu cukup sederhana. Akan tetapi dapatkah
kita waspada akan rasa-takut dilapisan yang lebih dalam, yaitu
dibawah-sadar.
Rasa-takut dalam
bentuk apapun menggelapkan batin, menyesatkan batin, menimbulkan
kebingungan dan keadaan-keadaan neurotik. Di dalam rasa-takut
tidak terdapat kejernihan. Dan camkanlah bahwa kita dapat berteori
tentang sebab-sebab dari rasa-takut, menganalisanya secara amat
cermat, menyelidikinya secara intelektuil, namun pada akhirnya
kita masih takut. Akan tetapi jika kita dapat memasuki soal dari
rasa-takut ini, sungguh-sungguh waspada akan ini, kemudian
barangkali kita dapat bebas dari itu secara menyeluruh.
Terdapat
rasa-takut yang disadari : "Saya takut akan pendapat umum"; "Saya
bisa kehilangan pekerjaan saya"; "isteri saya boleh jadi melarikan
diri"; "saya takut kesepian"; "saya takut tidak dicinta" ; "saya
takut mati". Teidapat rasa - takut akan keadaan yang tampaknya
menjemukan secara tak berarti dari kehidupan ini, perangkap abadi
di mana kita tertangkap; rasa kesal terhadap pendidikan, mencari
nafkah dalam sebuah kantor atau sebuah pabrik, melahirkan
anak-anak, kesenangan dari sedikit selingan sex dan kedukaan serta
kematian yang tak dapat dihindarkan. Semua ini menimbulkan rasa
takut, rasa-takut yang disadari. Dapatkah kita menghadapi semua
rasa-takut ini, menyelaminya, sehingga kita tidak lagi takut.
Dapatkah kita mengesampingkan semua itu dan menjadi bebas ? Jika
kita tidak dapat, maka jelas kita hidup dalam suatu keadaan abadi
penuh kekhawatiran, rasa bersalah, ketidaktentuan, dengan
problema-problema yang makin bertambah dan berlipat ganda.
Maka, apakah
rasa-takut itu ? Apakah kita sesungguhnya mengenal rasa-takut,
ataukah kita hanya mengetahuinya setelah itu terlewat? Adalah
penting untuk menyelidiki hal ini. Apakah pernah berada dalam
kontak langsung dengan rasa-takut, atau apakah batin kita begitu
terbiasa, begitu terlatih, sehingga ia selalu melarikan diri dan
dengan demikian tidak pernah tiba dalam kontak langsung dengan apa
yang disebutnya rasa-takut? Adalah cukup berharga jika anda dapat
mengambil rasa-takut anda sendiri dan selagi kita menyelaminya
bersama barangkali kita dapat mempelajari secara langsung tentang
rasa-takut.
Apakah rasa -
takut itu ? Bagaimana munculnya ? Apakah adanya struktur dan sifat
dari rasa-takut? Kita misalnya merasa takut, seperti telah kita
katakan, terhadap pendapat umum; ada beberapa hal terlibat di
dalamnya; kita bisa kehilangan pekerjaan dan sebagainya.
Bagaimanakah timbulnya rasa-takut ini? Apakah itu akibat dari
unsur waktu? Apakah rasa-takut berakhir apabila saya mengetahui
sebab dari rasa-takut ? Apakah rasa-takut lenyap melalui analisa,
dalam menyelidiki dan menemukan sebabnya? Saya takut akan sesuatu,
akan kematian, akan apa yang bisa terjadi esok lusa, atau saya
takut akan masa lalu; apakah yang menunjang dan memberi kelanjutan
kepada rasa-takut ini ? Kita boleh jadi telah melakukan sesuatu
yang salah, atau kita boleh jadi telah mengatakan sesuatu yang
tidak seharusnya dikatakan, semua itu terjadi dimasa lalu; atau
kita takut akan apa yang mungkin akan terjadi, kesehatan yang
buruk, penyakit, kehilangan pekerjaan, semua yang terjadi dimasa
depan. Maka terdapatlah rasa takut dari masa lalu dan terdapat
rasa-takut dari masa depan. Rasa-takut dari masa lalu adalah takut
akan sesuatu yang telah sungguh terjadi dan rasa-takut dari masa
depan adalah takut akan sesuatu yang mungkin akan terjadi, suatu
kemungkinan.
Apakah yang
menunjang dan memberi kelanjutan kepada rasa-takut dari masa lalu
dan juga rasa-takut dari masa depan ? Sudah pasti itu adalah
pikiran, —pikiran tentang apa yang telah dilakukan di masa lalu,
atau tentang bagaimana suatu penyakit tertentu telah mendatangkan
penderitaan dan kita takut akan pengulangan penderitaan itu di
masa depan. Rasa-takut ditunjang oleh ingatan, oleh pikiran
tentang itu. Pikiran, dalam mernikirkan tentang penderitaan atau
kesenangan yang lalu memberikan kelanjutan kepadanya, menunjang
dan memeliharanya. Kesenangan atau penderitaan dalam hubungannya
dengan masa depan adalah kesibukan dari pikiran.
Saya takut tentang
sesuatu yang telah saya lakukan, akibat-akibatnya yang mungkin
terjadi di masa depan. Rasa-takut ini ditunjang oleh pikiran. Hal
itu cukup jelas. Maka pikiran adalah waktu — secara batiniah.
Pikiran menimbulkan waktu batiniah yang berbeda dengan waktu
kronologis. (Kita tidak sedang bicara tentang waktu kronologis).
Pikiran, yang
menyusun waktu sebagai kemarin, sekarang dan esok, melahirkan
rasa-takut. Pikiran mencipta waktu berselang antara sekarang dan
apa yang mungkin terjadi di masa depan. Pikiran mengabadikan
rasa-takut melalui waktu batiniah; pikiran adalah pokok pangkal
dari rasa-takut; pikiran adalah sumber dari duka. Apakah kita
menerima ini ? Apakah kita sungguh-sungguh melihat sifat dari
pikiran, bagaimana cara kerjanya, bagaimana fungsinya dan
bagaimana ia menyusun seluruh struktur dari masa lalu, sekarang
dan masa depan ? Apakah kita melihat bahwa pikiran, melalui
analisa, menemukan sebab-sebab dari rasa-takut, yang memakan
waktu, tidak dapat menghancurkan rasa-takut ? Di dalam waktu
berselang antara sebab dari takut dan pengakhiran takut terdapat
tindakan dari rasa-takut. Hal itu seperti seseorang yang keras dan
telah mencipta ideologi dari tanpa-kekerasan; dia berkata “saya
akan menjadi bebas kekerasan" akan tetapi sementara itu dia
menyebar benih-benih kekerasan. Maka, jika kita menggunakan waktu
— waktu ialah pikiran — sebagai jalan untuk membebaskan diri dari
rasa-takut, kita takkan dapat mengakhiri rasa-takut. Rasa-takut,
tidak dilenyapkan oleh pikiran karena melahirkan rasa-takut.
Maka apa yang
harus kita lakukan ? Jika pikiran bukan merupakan jalan keluar
dari perangkap rasa-takut ini — harap hal ini dimengerti dengan
sangat jelas, bukan secara intelektuil, bukan secara arti
kata-katanya belaka, bukan sebagai suatu argumentasi di mana anda
setuju atau tidak setuju, rnelainkan sebagai seorang yang
berkepentingan, terlibat dalam persoalan rasa-takut ini, secara
mendalam sebagaimana mestinya jika kita benar-benar serius —
kemudian, apa yang harus kita lakukan ? Pikiranlah yang
bertanggung jawab atas adanya rasa-takut; pikiranlah yang
melahirkan rasa-takut dan kesenangan. Jika kita melihat dengan
sangat jelas bahwa pikiranlah yang melahirkan perasaan yang hebat
dari takut dan bahwa pikiran tidak mungkin melenyapkan rasa-takut
ini. Lalu apakah langkah selanjutnya ? Saya harap anda mengajukan
pertanyaan ini kepada diri anda sendiri dan tidak menanti kepada
saya untuk menjawabnya. Jika anda tidak menanti kepada saya untuk
menjawabnya, maka anda menghadapinya sendiri, hal itu merupakan
suatu tantangan dan anda harus menjawabnya. Jika anda menjawab
tantangan itu dengan tanggapan-tanggapan lama, lalu di manakah
anda ? — anda masih saja takut. Tantangan itu adalah baru,
seketika : pikiran telah melahirkan rasa-takut dan pikiran tak
mungkin dapat mengakhiri rasa-takut; apa yang akan anda lakukan?
Pertama-tama,
apabila kita berkata “Saya telah mengerti akan seluruh sifat dan
susunan dari pikiran", apakah yang kita maksudkan dengan itu ? Apa
yang kita maksudkan dengan "saya mengerti", "saya telah mengerti
itu", "saya telah melihat sifat dari pikiran" ? Dalam keadaan
apakah adanya batin yang berkata, "saya telah mengerti"?
Harap mengikuti
dengan cermat, janganlah mempertahankan pendapat apapun. Kita
bertanya : apakah pikiran mengerti ? Anda menceritakan sesuatu
kepada saya, misalnya anda menggambarkan keruwetan kehidupan
modern secara cermat dan teliti, dan saya berkata, "saya telah
mengerti", tidak hanya penggambarannya melainkan isinya,
kedalamanya, sehingga saya melihat betapa manusia yang tertawan di
dalamnya berada dalam keadaan yang gugup, neurotik, mengerikan,
dan sebagainya. Saya telah mengerti dengan perasaan, dengan
syaraf-syaraf saya, dengan telinga saya, segalanya, sehingga saya
tidak lagi tertawan di dalamnya. Hal itu adalah seperti ketika
saya mengerti bahwa seêkor ular cobra adalah berbahaya — lalu,
selesai, saya tidak mau mendekatinya. Tindakan saya jika saya
bertemu dengannya akan sama sekali berbeda setelah saya sekarang
mengerti.
Nah, apakah kita
berada dalam keadaan pengertian akan sifat dari pikiran dan hasil
buatan pikiran, yaitu rasa - takut dan kesenangan ? Apakah kita
telah menangkapnya? Apakah kita melihat, secara sungguh-sungguh,
bukan secara teoritis atau kata-katanya belaka atau secara
intelektuil saja bagaimana pikiran kerjanya ? Atau, apakah saya
masih bersama dengan penggambarannya, apakah saya masih bersama
argumentasinya, bersama dengan urutan logika, dan bukan dengan
faktanya? Jika saya hanya puas dengan penggambarannya saja, dengan
keterangan arti kata-katanya belaka, maka berarti saya hanya
bermain-main dengan kata-kata saja. Apabila penggambarannya
menuntun saya kepada hal yang digambarkannya terdapatlah
pengamatan mendalam terhadap itu ; kemudian terdapatlah suatu
tindakan yang sangat berbeda. (Hal itu seperti seorang lapar yang
menginginkan makanan, bukan suatu penggambaran dari makanan atau
kesimpulan tentang apa yang akan terjadi jika dia makan; dia ingin
makan).
Apabila kita
melihat betapa pikiran melahirkan rasa-takut, lalu apa yang
terjadi ? Apabila kita kelaparan dan seseorang menggambarkan
betapa menyenangkan makanan itu, apakah yang kita lakukan, apakah
tanggapan kita ? Kita akan berkata, “Jangan menggambarkan makanan
kepada saya, berikan makanan kepada saya". Tindakan itu di situ
langsung, bukan teoretis. Demikianlah apabila kita berkata, “Saya
mengerti", hal itu berarti bahwa terdapat gerakan belajar yang
terus-menerus tentang pikiran dan rasa-takut dan kesenangan; dari
gerakan yang terus-menerus ini kita bertindak ; kita bertindak
justru dalam gerakan belajar itu. Apabila terdapat keadaan
mempelajari tentang rasa-takut seperti itu maka terdapatlah
pengakhiran dari rasa-takut.
Terdapat
rasa-takut yang tak pernah disingkapkan oleh batin, tersembunyi,
rahasia. Bagaimanakah batin yang sadar dapat mengungkapnya? Batin
yang sadar menerima isyarat-isyarat dari rasa-rasa takut itu
melalui mimpi; apabila kita mendapatkan mimpi-mimpi ini, apakah
mimpi-mimpi itu harus ditafsirkan ? Karena kita tidak dapat
mengerti sendiri secara mudah boleh jadi kita mendatangkan seorang
penafsir dari luar, akan tetapi dia akan menafsirkannya sesuai
dengan metode atau spesialisasinya. Dan terdapat mimpi-mimpi yang
pada saat kita memimpikannya, kita menafsirkannya pula.
Mengapa kita harus
bermimpi? Para spesilalis mengatakan bahwa kita harus bermimpi
atau kita akan menjadi gila; akan tetapi Saya sama sekali tidak
yakin bahwa kita harus bermimpi. Mengapa kita tidak bisa, di waktu
siang harinya, terbuka terhadap isyarat-isyarat dan
pemberitahuan-pemberitahuan dari bawah-sadar, sehingga kita tidak
mimpi sama sekali ? Selagi pergulatan yang terus-menerus dari
mimpi ini berlangsung terus dalam tidur, batin kita tidak pernah
hening, tidak pernah menjadi segar, tidak pernah menjadi baru.
Tidak dapatkah batin di waktu siang harinya begitu terbuka, begitu
awas, terjaga dan--waspada, sehingga isyarat-isyarat dan
pemberitahuan-pemberitahuan dari rasa-takut yang tersembunyi dapat
muncul keluar, dapat diamati dan diresapi?
Melalui
kewaspadaan, melalui perhatian di waktu siang harinya, dalam
pernbicaraan, dalam perbuatan, dalam segala sesuatu yang terjadi,
maka rasa-takut yang tersembunyi dan terbuka dapat dilihat; maka
apabila anda tidur terdapatlah tidur yang tenang sempurna, tanpa
suatu mimpi dan pada keesokan paginya batin bangun dengan segar,
muda, suci, hidup. Ini bukan suatu teori — lakukanlah dan anda
akan menemukannya.
DIALOG:
PENANYA:
Bagaimana mungkin
untuk membawa keluar rasa-takut yang tersembunyi itu kedalam alam
kesadaran ?
KRISHNAMURTI:
Kita dapat
mengamati di dalam diri sendiri jika kita awas, sigap, penuh
perhatian, bahwa bawah-sadar adalah, antara hal-hal lain,
merupakan tempat penyimpanan masa lalu, warisan ras. Saya terlahir
di India, terdidik dalam suatu kelas tertentu sebagai seorang
Brahmin, berikut segala prasangka-prasangkanya,
ketahyulan-ketahyulannya, kehidupan akhlaknya yang keras dan
sebagainya, bersama dengan segala isi kekeluargaan dan ras,
tradisi dari sepuluh ribu tahun lebih, kolektif dan perorangan,
semua berada di situ dalam bawah-sadar. Itulah yang kita umumnya
maksudkan dengan bawahsadar; si spesialis boleh memberinya lain
arti akan tetapi sebagai orang-orang awam kita dapat mengamati
sendiri. Sekarang, bagaimanakah semua itu dapat diperlihatkan?
Bagaimana anda akan lakukan ? Terdapat bawah-sadar dalam diri anda
; jika anda seorang Yahudi terdapatlah segala tradisi,
tersembunyi, dari Yudaisme; jika anda seorang Katholik,
terdapatlah semua itu, tersembunyi; jika anda seorang Komunis
terdapatlah pula dalam cara yang berbeda, dan selanjutnya.
Sekarang, tanpa mimpi — ini bukanlah sesuatu teka-teki — bagaimana
anda akan membawa semua itu ke tempat terbuka ?
Jika di waktu
siang hari anda awas, waspada akan sernua gerakan pikiran, waspada
akan apa yang anda katakan, gerak tangan anda, bagaimana anda
duduk, bagaimana anda jalan, bagaimana anda bicara, waspada akan
tanggapan-tanggapan anda, maka segala hal yang tersembunyi akan
keluar amat mudahnya; dan hal itu tidak akan makan waktu, tidak
akan makan waktu berhari-hari, karena anda tidak lagi melawan,
anda tidak lagi menggali dengan aktif, anda hanyalah mengamati,
mendengarkan. Dalam keadaan waspada itu segala sesuatu terungkap.
Akan tetapi jika anda berkata, “Saya akan menahan beberapa hal dan
saya akan membuang yang lain", berarti anda setengah tidur. Jika
anda berkata, “Saya akan menahan semua “kebaikan” dari Hinduisme
atau Yudaisme atau Katholikisme dan membuang yang lain”, jelas
bahwa anda masih dibeban-pengaruhi, masih mempertahankan. Maka
kita harus membiarkan semua ini keluar, tanpa perlawanan.
PENANYA:
Kewaspadaan itu adalah tanpa pilihan ?
KRISHNAMURTI:
Jika kewaspadaan
itu" memilih", berarti anda menghalanginya. Akan tetapi jika
kewaspadaan itu tanpa pilihan, segala sesuatu terungkap segala
tuntutan, rasa takut, dan paksaan yang terpendam dan tersembunyi.
PENANYA:
Haruskah kita berusaha untuk waspada selama satu jam setiap hari ?
KRISHNAMURTI:
Jika saya waspada,
jika saya penuh perhatian, untuk satu menit, itu sudah cukup.
Kebanyakan dari kita lengah. Waspada akan kelengahan itu adalah
perhatian; akan tetapi pemupukan dari perhatian bukanlah
perhatian. Saya waspada untuk satu menit lamanya akan segala
sesuatu yang berlangsung dalam diri saya, tanpa pilihan, mengamati
dengan jelas; lalu saya melewatkan satu jam tanpa perhatian; saya
waspada lagi pada akhir waktu sejam itu.
Sumber : wall di fb pak Hudoyo Hupudio
No comments:
Post a Comment